Selasa, 01 Oktober 2013

Acute Lung Oedema (ALO)

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Acute Lung Odema "
Makalah Ini Berisikan Tentang Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan Fisik, Aspek Legal Etik Dan Asuhan Keperawatan ALO. Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kardiovaskuler II.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan bagi kita semua.





Jakarta, 02 Oktober 2013



Penyusun






Daftar isi

Cover…………………………………………............……………………….…………………….1
Kata pengantar..........................................................................................2
Daftar isi………………………………………………...........………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
1.1            Latar belakang…………………………………………....………………………….…..4
1.2            Rumusan masalah………………………………………..……………………………..4
1.3            Tujuan …………………………………………………………......………………….......4
1.4            Manfaat…………………………………………………………….......………………….4
BAB II PEMBAHASAN
            2.1 Definisi……………………………………………………………….....……….…….5
            2.2 Etiologi……………………………………………………………………....…….…..5
            2.3 Patofisiologi…………………………………………………………………..….…..7
            2.4 Tanda dan Gejala.......................................................................7
            2.5 Pemeriksaan Fisik.......…………..………………………………….……….....11
            2.6 Askep ALO………..…………………………………………………………......…..13
            2.7 Aspek legal etik.........................................................................18
BAB III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….....…...20
BAB IV DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..21














BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
                Acute lung oedema (alo) adalah akumulasi cairan di paru yang terjadi secara mendadak. (aru w sudoyo, buku ajar ilmu penyaki dalam, 2006).
Acute lung oedema (alo) adalah terjadinya penumpukan cairan secara masif di rongga alveoli yang menyebabkan pasien berada dalam kedaruratan respirasi dan ancaman gagal napas.
Acute lung oedema (alo) adalah terkumpulnya cairan ekstravaskuler yang patologis di dalam paru. (soeparman;767).
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 apa definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dari acute lung oedema?
 1.2.2 bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan acute  lung oedema?

1.3 Tujuan

1.3.1 untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dari acute lung oedema.
1.3.2 untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan acute lung oedema.

1.4 Manfaat

            setelah mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, manifestasi klinis, komplikasi, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, serta asuhan keperawatan dari acute lung oedema.
 diharapkan kita sebagai calon perawat dapat mengaplikasikannya pada saat di klinik nantinya. Diharapkan ini menjadi suatu bekal agar nantinya jika menemui kasus  acute lung oedema kami sebagai perawat dapat memberikan dasar untuk melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN
Acute Lung Oedema (ALO)

A.    Definisi
            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi Secara Mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006).
            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan Secara Masif Di Rongga Alveoli Yang Menyebabkan Pasien Berada Dalam Kedaruratan Respirasi Dan Ancaman Gagal Napas.
            Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terkumpulnya Cairan Ekstravaskuler Yang Patologis Di Dalam Paru. (Soeparman;767).
B.    Etiologi

Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, yaitu:
  1. Edema paru kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler.
a.      Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena adanya deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung yang mengalami gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti biasa.
b.      Kardiomiopati
Penyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati dapat disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis), penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain dan obat kemoterapi. Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri menjadi lemah sehingga tidak mampu mengkompensasi suatu keadaan dimana kebutuhan jantung memompa darah lebih berat pada keadaan infeksi. Apabila ventrikel kiri tidak mampu mengkompensasi beban tersebut, maka darah akan kembali ke paru-paru. Hal inilah yang akan mengakibatkan cairan menumpuk di paru-paru (flooding).
c.       Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi untuk mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat (stenosis) atau tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal ini menyebabkan darah mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.
d.      Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria.

  1. Edema paru non kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
  1. Infeksi pada paru
  2. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.
  3. Paparan toxic
  4. Reaksi alergi
  5. Acute respiratory distress syndrome (ards)
  6. Neurogenik






C.     Patofisiologis
            alo kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatan tekanannya) ke kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologis tersebut gagal mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan membanjiri alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk di alveoli ini sebanding dengan beratnya oedema paru. Penyakit jantung yang potensial mengalami alo adalah semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri >25 mmhg.
Sedangkan alo non-kardiogenik timbul terutama disebabkan oleh kerusakan dinding kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas endotel kapiler paru sehingga menyebabkan masuknya cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran sekret encer berbuih dan berwarna pink froty. Adanya sekret ini akan mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankan fungsinya.

D.    Tanda dan gejala
Alo dapat dibagi menurut stadiumnya (3 stadium),
a.    Stadium 1
Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi co. Keluhan pada stadium ini biasanya hanya berupa sesak napas saat melakukan aktivitas.

b.   Stadium 2
Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus serta septa interlobularis menebal. Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial akan lebih mempersempit saluran napas kecil, terutama di daerah basal karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi reflek bronkokonstriksi yang dapat menyebabkan sesak napas ataupun napas menjadi berat dan tersengal.
c.    Stadium 3
Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami gangguan secara berarti, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita tampak mengalami sesak napas yang berat disertai batuk berbuih kemerahan (pink froty). Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.

E.      Penegakkan diagnosa
·      Pemeriksaan fisik
1.      Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih.
2.       ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir seluruh lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.
3.      Takikardia dengan s3 gallop.
4.      Murmur bila ada kelainan katup.

·         Elektrokardiografi.
Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan.

·         Laboratorium
1.    Analisa gas darah po2 rendah, pco2 mula-mula rendah dan kemudian hiperkapnia.
2.     enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
3.     darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, ekg, enzim jantung (ck-mb, troponin t), angiografi koroner.

foto thoraks pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan x-ray dada. Radiograph (x-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada.
X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.

·           Pengukuran plasma b-type natriuretic peptide (bnp)
Alat-alat diagnostik lain yang digunakan dalam menilai penyebab yang mendasari dari pulmonary edema termasuk pengukuran dari plasma b-type natriuretic peptide (bnp) atau n-terminal pro-bnp. Ini adalah penanda protein (hormon) yang akan timbul dalam darah yang disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar jantung. Peningkatan dari bnp nanogram (sepermilyar gram) per liter lebih besar dari beberapa ratus (300 atau lebih) adalah sangat tinggi menyarankan cardiac pulmonary edema. Pada sisi lain, nilai-nilai yang kurang dari 100 pada dasarnya menyampingkan gagal jantung sebagai penyebabnya.

·           Pulmonary artery catheter (swan-ganz)
Pulmonary artery catheter (swan-ganz)  adalah tabung yang panjang dan tipis (kateter) yang disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan dimajukan melalui ruang – ruang sisi kanan dari jantung dan diletakkan kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonary capillaries (cabang-cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru). Alat ini mempunyai kemampuan secara langsung mengukur tekanan dalam pembuluh-pembuluh paru, disebut pulmonary artery wedge pressure. Wedge pressure dari 18 mmhg atau lebih tinggi adalah konsisten dengan cardiogenic pulmonary edema, sementara wedge pressure yang kurang dari 18 mmhg biasanya menyokong non-cardiogenic cause of pulmonary edema. Penempatan kateter swan-ganz dan interpretasi data dilakukan hanya pada intensive care unit (icu).
F.       Penatalaksanaan pengobatan
4.         Posisi ½ duduk.
5.         Oksigen (40 – 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker.
6.         Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, pao2 tidak bisa dipertahankan ≥ 60 mmhg dengan o2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi co2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
7.         Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor ekg, oksimetri bila ada.
8.         Menurunkan preload dan mengeluarkan volume cairan intra paru. Nitrogliserin (ntg) dan furosemide merupakan obat pilihan utama.
9.         Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg (sebaiknya dihindari).
10.      bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : dopamin 2 – 5 ug/kgbb/menit atau dobutamin 2 – 10 ug/kgbb/menit untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.
11.     Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
12.     Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan oksigen.
13.     Penggunaan aminophyline, berguna apabila oedema paru disertai bronkokonstriksi atau pada penderita yang belum jelas oedema parunya oleh karena faktor kardiogenik atau non-kardiogenik, karena selain bersifat bronkodilator juga mempunyai efek inotropok positif, venodilatasi ringan dan diuretik ringan.
14.     Penggunaan inotropik. Pada penderita yang belum pernah mendapatkan pengobatan, dapat diberikan digitalis seperti deslano-side (cedilanide-d). Obat lain yang dapat dipakai adalah golongan simpatomi-metik (dopamine, dobutamine) dan golongan inhibitor phos-phodiesterase (amrinone, milrinone, enoxumone, piroximone)











PEMERIKSAAN FISIK
Sistem kardiovaskuler
No
Prosedur

Tahap prainteraksi

Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap orientasi

Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien

Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap kerja
1
Pengkajian

Keluhan utama

Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat keluarga

Riwayat pekerjaan

Riwayat alergi

Nama

Usia

Jenis kelamin

Tempat tinggal

Suku

Agama

Cek ttv :

-       Td

-       Nadi

-       Rr

-       Suhu
2
Pemeriksaan fisik jantung

a.    Inspeksi

-     Bentuk perikordium

Lihat bentuk dada klien

Normal : kedua dada simetris

Abnormal :
Cekung (adanya penyakit jantung dan paru : perikarditis menahun, atelektasi paru)
Cembung/menonjol : adanya pembesaran jantung,efusi perkardium,efusi pleura.adanya penonjolan iga adanya pjb (genetik)

-     Denyut diapeks jantung (ictus cordis)

Lihat denyut jantung yang tampak didaerah apeks

Normal dewasa : terletak sela iga 4 kiri 2-3cm dari garis mid clavicula : seluas ibu jari

Normal anak : terletak disela iga 4 kiri.bila denyut tak tampak dikarenakan payudara besar,dinding torak besar,efusi perikardium

Abnormal :
Denyut apeks tergeser kesamping kiri pada keadaan patologis misalnya penyakit jantung,efusi pleura (adanya cairan di lapisan pleura paru)

Denyut nadi pada dada :
·   Timbul denyutan di iga 2 kanan : adanya aneurisma aorta asenden
·   Timbul denyutan di iga 2 kiri :dilatasi pulmonalis, aneurisma aorta desenden

-     Denyut vena :
Lihat vena jugularis

b.   Palpasi

Denyut apeks:
  • Normal disela iga ke 5 (2-3 cm medial garis midclavicula)

Getaran/thrill :
  • Bising jantung yang keras akan teraba sebagai getaran pada palpasi
  • Sela iga 2 kiri sternum misalnya pulmonal stenosis
  • Sela iga 4 kiri sternum misalnya vsd
  • Sela iga 2 kanan sternum misalnya pada aortik stenosis
  • Getaran tersebut lebih mudah diraba bila penderita membungkuk kedepan dengan nafas ditahan waktu ekspirasi

Gerakan trakhea
  • Pada aneurisma aorta denyutnya akan menjalar ke trakhea,denyutan ini dapat diraba
  • Cara : pemeriksa berdiri dibelakang penderita dan kedua jari telunjuk diletakan ditrakhea.kemudian laring dan trakhea diangkat keatas oleh kedua telunjuk.
  • Jika ada aneurisma aorta,tiap kali jantung berdenyut terasa oleh kedua jari telunjuk

c.    Perkusi
§  Daerah redup jantung mengecil pada emfisema (alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi)

d.   Auskultasi
Bj1 dan bj 2:
  • Ics 2 kanan: aorta
  • Ics 2 kiri : pulmonal
  • Ics ics 4 kiri : trikuspidalis
  • Ics 5 kiri midclavicula : mitral

Tahap terminasi

Melakukan evaluasi tindakan

Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

Berpamitan dengan klien

Membereskan alat-alat

Mencuci tangan

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Asuhan keperawatan ALO
Kasus pemicu 1:
            pasien tn.jr, 67 tahun, masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas makin berat 2 hari smrs. Cepat lelah, perut terasa begah, pada pengkajian lebih lanjut, doe (+), pnd (+), orthopnea (+), odema di kaki (+2), td: 130/90 mmhg, nadi 86 x/mnt, rr 24x/menit, spo2: 94%. Pada pengkajian riwayat pasien pernah di rawat dengan nstemi dan chf 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan thorax foto menunjukkan gambaran odema paru.
·           Pengkajian:
1.      Keluhan utama: sesak nafas semakin berat 2 hari smrs
2.      Riwayat penyakit sekarang: cepat lelah, perut terasa begah
3.      Riwayat penyakit terdahulu: nstemi dan chf
4.      Nama: tn.jr
5.      Usia: 67tahun
6.      Jenis kelamin: pria
7.      Cek ttv: -     td: 130/90 mmhg
-          Nadi: 86 x/mnt
-          Rr: 24 x/mnt

·         Data fokus
Data subjektif
Data objektif
- pasien mengeluh sesak nafas
- pasien mengatakan cepat lelah
- pasien mengatakan perutnya terasa begah
- doe (+)
- pnd (+)
- orthopnea(+)
- odema di kaki (+2)
- td : 130/90
- n : 86x/mnt
- rr : 24x/mnt
-spo2 : 94%

·         Analisa data
No
Data fokus
Problem
Etiologi
1.






2.






3.
Ds : - pasien mengeluh sesak nafas dan cepat lelah
Do : - doe (+)
        - pnd (+)
        - orthopnea(+)
        - rr : 24x/mnt

Ds : - pasien mengatakan perutnya terasa begah

Do : - odema di kaki (+2)
Intake : 2800
Output : 2500

Ds : - pasien mengeluh cepat   lelah

Do : - doe (+)
        - pnd (+)
        - orthopnea (+)
Gangguan pertukaran gas





Kelebihan volume cairan





Intoleransi aktivitas

Gangguan difusi oksigen





Adanya cairan di dalam alveolus





Kurangnya suplai oksigen (o2)

·         Diagnosa keperawatan
No
Diagnosa keperawatan
Tanggal ditemukan
Tanggal teratasi
1.


2.



3.
Gangguan pertukaran gas b.d gangguan difusi oksigen

Kelebihan volume cairan b.d adanya cairan di dalam alveolus

Intoleransi aktivitas b.d berkurangnya suplai oksigen (o2)


19 / 9 / 2012


19 / 9 / 2012



20 / 9/ 2012
20 / 9 / 2012


21 / 9/ 2012



22 / 9 / 2012

·         Intervensi
No
Tanggal
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi keperawatan
1.

















2.











3.
19 / 9 / 2012

















19 / 9 / 2012











19  / 9 / 2012

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah gangguan pertukaran gas sudah teratasi dengan criteria hasil :
1.sesak nafas berkurang
2.rr: 12-24x/mnt





Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah gangguan keseimbangan cairan sudah teratasi dengan criteria hasil :
- tidak terjadi odema kaki
- turgor kulit bagus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah intoleransi aktivitas sudah teratasi dengan criteria hasil :
- pasien tidak lemas lagi
- mampu melakukan aktivitas tanpa gangguan
- berikan posisi semi fowler/fowler

- berikan lingkungan yang nyaman

- kaji keluhan sesak

- kaji ttv

- pantau hasil agd

- kolaborasi dalam pemberian oksigen

- monitor intake dan output cairan

-monitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, dan warna
- kolaborasi dalam pemberian terapi seperti diuretik, ntg, dll

-anjurkan untuk total bed rest
-pantau skala kekuatan otot
-berikan lingkungan yang nyaman
-kolaborasi dalam memberikan oksigen
·         Implementasi
No
Tanggal
Diagnosa
Implementasi keperawatan
1.
















2.










3.








19  / 9 / 2012
















19  / 9 / 2012










20 / 9 / 2012

1
















Ii










Iii
 -memberikan posisi semi fowler/fowler

- memberikan lingkungan yang nyaman

- mengkaji keluhan sesak

- mengkaji ttv

- memantau hasil agd

- kolaborasi dalam pemberian oksigen


- memonitor intake dan output cairan

-memonitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, dan warna
- kolaborasi dalam pemberian terapi seperti diuretik, ntg, dll


-menganjurkan untuk total bed rest
-memantau skala kekuatan otot
-memberikan lingkungan yang nyaman
-kolaborasi dalam memberikan oksigen
·         Evaluasi
No
Tanggal
S.o.a.p
Paraf dan nama jelas
1.








2.








3.
20 / 9 / 2012








21 / 9/ 2012








22 / 9 / 2012
S: pasien sudah tidak mengeluh sesak nafas
O: rr : 12-24x/mnt
A: tujuan tercapai masalah gangguan pertukaran gas teratasi
P: intervensi dihentikan


S : pasien sudah tidak merasa begah
O: tidak terjadi odema
a:masalah gangguan keseimbangan cairan sudah teratasi
P:intervensi dihentikan


S: klien sudah sehat
O: spo2 normal : 90-100%
A: masalah sudah teratasi kurangnya supali oksigen
P: intervensi dihentikan



Ø  Aspek legal etik keperawatan
               etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu : 

1.      Otonomi (penentuan pilihan)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2.      Benefisiensi (do good)
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

3.      Keadilan (justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hokum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4.      Nonmalefisien( do no harm)
Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik dan psikologik.

5.      Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.

6.      Fidelity
Prinsip ini membutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan mentapi janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7.      Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan  lain harus dicegah.

8.      Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar pasti yang mana tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.














              


                                                                        BAB III
                                      
                                                         PENUTUP

KESIMPULAN
Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi Secara Mendadak.
Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, Edema paru kardiogenik dan Edema paru non kardiogenik
Edema paru kardiogenik Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau sistem kardiovaskuler. Biasanya terjadi karena adanya penyakit pada arteri koronaria, Kardiomiopati, Gangguan katup jantung, Hipertensi
Edema paru non kardiogenik Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Infeksi pada paru, Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru, Paparan toxic, Reaksi alergi, Acute respiratory distress syndrome (ards), Neurogenik.











                                                            BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.      Doenges, marylin e.,dkk. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc
2.      Suhaemi, emi mimin. 2002. Etika keperawatan: aplikasi dalam praktik. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc a.price, sylvia. 1994.
3.      Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc
4.      Rokhaeni, eni, dkk. 2001. Buku ajar keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: bidang pendidikan & pelatihan pusat kesehatan jantung dan pembuluh darah nasional “harapan kita”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar