KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “EMPIEMA”,
tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini juga merupakan
penugasan dari mata kuliah kardiovaskuler. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan
lain yang membantu pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih
tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan
kekurangan di dalam penulisan makalah ini.
Depok, Oktober 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Masalah
kesehatan yang berpengaruh terhadap system respirasi
yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang
pada berbagai tingkat usia. Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan maka akan mengganggu semua
system tubuh. Empiema masih merupakan masalah
dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan
dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan
drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi.
Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh :
a. Trauma pada dada (sekitar 1 – 5 % kasus mendorong ke arah
empiema)
b. Pecahnya abses dari paru-paru kedalam rongga pleura
Untuk itu Penulis berharap makalah asuhan keperawatan pada
pasien empiema ini dapat membantu mahasiswa atau masyarakat dalam menangani
pasien empiema
2.
TUJUAN
Tujuan
umum:
Tujuan
dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam
mempelajari tentang aritmia dan asuhan keperawatan aritmia
Tujuan
khusus:
1. Mengetahui
pengertian dari empiema
2. Menngetahui
penyebab dari empiema
3. Mengetahui
tanda dan gejala dari empiema
4. Mengetahui
klasifikasi dari empiema
5. Mempelajari
asuhan keperawatan empiema
3.
RUMUSAN
MASALAH
1) Apa
pengertian empiema?
2) Apa
saja penyebab empiema?
3) Apa
saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien empiema?
4) Bagaimana
proses perjalanan empiema?
5) Dan
bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien empiema?
BAB II
EMPIEMA
A. PENGERTIAN
Emphiema thoraksis adalah
penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada
kavitas pleural (Brunner and Suddart, 2000). Emphiema thorak juga dapat berarti
adanya proses supuratif pada rongga pleura.
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.Pada awalnya,cairan pleura encer
dengan jumlah leukosit rendah,tetapi sering kali menjadi stadium fibropurulen
dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat
yang kental.Meskipun empiema sering kali disebabkan oleh komplikasi dari
infeksi pulmonal, namun tidak jarang penyakit ini terjadi karena pengobatan
yang terlambat.
Empiema merupakan salah satu
penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Di India terdapat 5 – 10% kasus
anak dengan empiema toraks. Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi
pada ruang pleura yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan
purulen baik terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena
adanya dead space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema
paling banyak ditemukan pada anak usia 2 – 9 tahun. Empiema adalah akumulasi
pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat
terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih
yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga
berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). Ketika pus
terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru
sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya
perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi
kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian
paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen.
B.
ETIOLOGI
1.
Berasal dari Paru
-
Pneumonia
-
Abses Paru
-
Adanya Fistel pada paru
-
Bronchiektasis
-
TB
-
Infeksi fungidal paru
2.
Infeksi Diluar Paru
-
Trauma dari tumor
-
Pembedahan otak
-
Thorakocentesis
-
Subdfrenic abces
-
Abses hati karena amuba
3.
Bakteriologi
-
Staphilococcus Pyogenes.
Terjadi pada semua umur, sering pada anak
Staphylococcus adalah
kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat
menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam
jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak
hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara
tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk
keracunan makanan dan toxic
shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari
ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.
-
Bakteri gram negatif
-
Bakteri anaerob
-
Pneumococcus
adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti
radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan
infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman
pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk
kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan
apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.
4.
PATOFISIOLOGI
Infeksi paru
dapat menyebabkan terjadinya empiema. Infeksi adalah komplikasi yang paling
sering terjadi. Sumber infeksi yang paling jarang termasuk sepsis abdomen, yang
mana pertama sekali dapat membentuk abses subfrenik sebelum menyebar ke rongga
pleura melalui aliran getah bening. Abses hati yang disebabkan Entamoeba
histolytica mungkin juga terlibat dan infeksi pada faring, tulang
thoraks atau dinding thoraks dapat menyebar ke pleura, baik secara langsung
maupun melalui jaringan mediastinum.
Pleura dan
rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat
pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi ini dapat disebabkan oleh
penekanan pada paru akibat penimbunan udara, cairan, darah atau nanah dalam
rongga pleura. Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan
pleura, dan akibat peningkatan permeabelitas kapiler atau gangguan absorbsi
getah bening. Eksudat dan transudat dibedakan dari kadar protein yang
dikandungnya dan berat jenis. Transudat mempunyai berat jenis <1,015 dan
kadar proteinnya kurang dari 3%; eksudat mempunyai berat jenis dan kadar
protein lebih tinggi, karena banyak mengandung sel. Penimbunan cairan dalam
rongga pleura disebut efusi pleura.
Infeksi oleh
organisme-organisme patogen menyebabkan jaringan ikat pada membran pleura
menjadi edema dan menghasilkan suatu eksudasi cairan yang mengandung protein
yang mengisi rongga pleura yang dinamakan pus atau nanah. Jika efusi mengandung
nanah, keadaan ini disebut empiema.
Terjadinya empyema
thoraks dapat melalui tiga jalan :
1. Sebagai komplikasi penyakit pneumonia atau
bronchopneumonia dan abscessus pulmonum, oleh karena kuman menjalar per
continuitatum dan menembus pleuravisceralis2.
2. Secara hematogen , kuman dari focus lain sampai
di pleura visceralis.
3. Infeksi dari luar dinding thorax yang menjalar ke
dalam rongga pleura, misalnya pada trauma thoracis, abses dinding thorax.
Terjadinya empyema akibat invasi basil piogenik ke
pleura, timbul peradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous
dengan banyak sel-sel PMN (Polimerphonucleus) baik yang hidup ataupun mati dan
meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan
fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.Apabila
nanah menembus bronkus timbul fistel bronko pleura, atau menembus dinding
thoraks dan keluar melalui kulit disebut empyema nasessitatis. Stadium ini
masih disebut empyema akutyang lama-lama akan menjadi kronis (batas tak jelas)
.Biasanya empyema merupakan suatu proses luas, yang terdiri atas serangkaian
daerah berkotak-kotak yang melibatkan sebagian besar dari satu atau kedua
rongga pleura. Dapat pula terjadi perubahan pleura parietal. Jika nanah yang
tertimbun tersebut tidak disalurkan keluar,maka akan menembus dinding dada ke
dalam parenkim paru-paru dan menimbulkan fistula.
Piopneumothoraks dapat pula menembus
ke dalam rongga perut. Kantung-kantung nanah yang terkotak-kotak akhirnya
berkembang menjadi rongga-rongga abses berdinding tebal, atau dengan terjadinya
pengorganisasian eksudat maka paru-paru dapat menjadi kolaps sertadikelilingi
oleh sampul tebal yang tidak elastis .
5.
MANIFESTASI
KLINIS
Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :
- Demam
- Keringat malam
- Nyeri pleural
- Dispnea
- Anoreksia dan penurunan berat
badan
- Auskultasi dada, ditemukan
penurunan suara napas
- Perkusi dada, suara flatness
- Palpasi , ditemukan penurunan
fremitus
Tanda gejala empiema berdasarkan
klasifikasi empiema akut dan empiema kronis :
a. Emphiema akut:
§ Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
§ Adanya tanda-tanda cairan dalam
rongga pleura.
§ Bila dibiarkan sampai beberapa
minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger .
§ Nanah yang tidak segera
dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.
§ Gejala adanya fistel ditandai
dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali.
b. Emphiema kronis:
§ Disebut kronis karena lebih dari
3 bulan.
§ Badan lemah, kesehatan semakin
menurun.
§ Pucat, clubbing finger.
§ Dada datar karena adanya
tanda-tanda cairan pleura.Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik
kearah yang sakit.
§ Pemeriksaan radiologi menunjukkan
cairan.
6.
KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi yang
terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama,
eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam
keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi).
Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural
dipantau melalui rontgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini
dapat membutuhkan waktu lama
Fibrosis pleura
-
Kolaps paru akibat
penekanan cairan pada paru-paru
-
Panyakit paru
restriktif
-
Pergeseran
organ-organ mediastinum
-
Piopneumotoraks
7.
KLASIFIKASI
a. Emphiema akut:
- Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
- Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
- Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan
toksemia, anemia, dan clubbing finger .
- Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan
fistel bronco-pleural.
- Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif
bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali.
b. Emphiema kronis:
- Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.
- Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
- Pucat, clubbing finger.
- Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.
- Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah
yang sakit.
- Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.
8.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1) Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran
tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.
2) Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah
posterolateral dengan gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut
denganD-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut
kostofrenikus ipsilateral pada gambaran posteroanterior.
3) Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi
yang berlawanan dengan efusi.
4) Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks,
fistula bronkopleural.
5) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :
Pemeriksaan dapat
menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir.
Pemeriksaan ini juga
dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi
atau pemasangan pipa drain.
6) Pemeriksaan CT scan :
Pemeriksaan
CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura.
Kadang dijumpai
limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scn.
9.
PENATALAKSAAN
1) Pengambilan nanah
a.
Closed drainage-tube
thoracostomy-water seal drainage (WSD)
Indikasi :
-
Nanah sangat kental
dan sukar diaspirasi
-
Nanah terus terbentuk
setelah 2 minggu
-
Terjadi
piopneumotoraks
b.
Drainase terbuka (Open
drainage)
Indikasi :
Dikerjakan pada
empiema kronis akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat.
2) Antibiotika
Antibiotika harus
segera diberikan begitu diagnosa ditegakkan dan dosisnya harus adekuat.
Pemilihan antibiotika didasarkan pada hasil pengecatan Gram dari
hapusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan
sensitivitasnya. Metronidazole dapat ditambahkan untuk organisme gram negatif
anaerob yang menghasilkanb-laktamase. Sefalosporin generasi kedua seperti
cefoxitin sangat potensial terhadap gram negatif yang menghasilkan b-laktamase.
3)
Penutupan rongga
empiema
a.
Dekortikasi
-
Drain tidak berjalan
dengan baik karena banyak kantung-kantung
- Letak empiema sukar dicapai dengan drain
- Empiema totalis yang mengalami
organisasi pada pleura visceralis.
b.
Torakoplasti
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistula
bronkopleural.
4)
Pengobatan kausal
Misalnya abses subfrenik dengan drainase
subdiafragmatika, terapi spesifik pada amubiasis, tuberkulosis, aktinomikosis
dan sebagainya.
Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan
jalan nafas.
5)
Pengobatan tambahan
Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk
membebaskan jalan nafas.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
Pasien mengeluhkan sesak napas
Pasien mengeluh rasa berat di dada yang disertai dengan
nyeri
Pasien juga mengeluh batuk
Pasien mengeluh demam
|
Pemeriksaan fisik
:
-
Penurunan fremitus
-
Saat di perkusi terdengar suara pekak
-
Auskultasi terdengar suara napas melemah / menghilang
Pemeriksaan laboratorium :
Leukositosis (+)
Pemeriksaan Diagnostik :
Foto thorax : perselubungan homogen menutupi struktur
paru bawah yang biasanya
|
Data
yang perlu dikaji :
-
Data Subjektif
o
Kemungkinan
pasien mengeluh
o
Kemungkinan
timbul keluhan pusing dan sakit kepala
o
Kemungkinan
timbul keluhan lemah dan lelah
o
Kemungkinan
pasien merasakan denyut jantung nya bertambah cepat
o
Kemungkinan
timbul keluhan nyeri dada ringan – berat
o
Kemungkinan
pasien mengeluhkan berkeringat
o
Kemungkinan
pasien mengeluh cemas dan takut akan kematian
-
Data Objektif
o
Pada
Pemeriksaan Fisik kemungkinan ditemukan :
§
Nadi
: > 100x
/ menit dan
§
RR : > 24 x / menit
§
Penurunan suara napas
o
Kemungkinan
ditemukan kulit pucat dan sianosis
o
Kemungkinan ditemukan kesulitan untuk bersuara
o
Kemungkinan
ditemukan kelisahang
o
Pemeriksaan
rontgen thorax, kemungkinan ditemukan pembesaran jantung
2.
Diagnosa Keperawatan
DATA FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
·
Pasien mengeluhkan napas pendek
·
Pasien mengeluhkan sesak napas
·
Pasien mengeluh rasa berat di dada yang disertai dengan nyeri
·
Pasien juga mengeluh batuk
DO :
·
Pemeriksaan fisik :
-
Penurunan fremitus
-
Saat di perkusi terdengar suara pekak
-
Auskultasi terdengar suara napas melemah / menghilang
·
Perubahan gerakan dada.
·
Mengambil posisi tiga titik.
·
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi.
·
Penurunan ventilasi semenit.
·
Penurunan kapasitas vital.
·
Napas dalam.
·
Peningkatan diameter anterior-posterior.
·
Napas cupping hidung.
·
Ortopnea.
·
Fase ekspirasi yang lama.
·
Pernapasan purset-lip.
·
Kecepatan respirasi.
·
Rasio waktu.
·
Penggunaan otot Bantu untuk bernapas
|
Ketidakefektifan pola napas
|
Sesak napas
|
DS :
·
Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan
isyarat.
DO :
·
Gerakan menghindari nyeri.
·
Posisi menghindari nyeri.
·
Perubahan autonomik dari tonus otot.
·
Perubahan nafsu makan dan makan.
·
Perilaku menjaga atau melindungi.
|
Gangguan rasa nyaman
|
Nyeri dada
|
DS :
·
Mual
DO :
·
Demam
·
Kulit memerah
·
Frekuensi napas meningkat
·
Takikardi
|
Hypertermi
|
Infeksi saluran napas
|
3.
Intervensi
Dx
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI KEPERAWATAN
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
Ketidakefektifan
pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
- Menunjukkan pola pernapasan
efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya : ventilasi
dan status tanda vital
- Menunjukkan status pernapasan :
ventilasi tidak terganggu,
- Kedalaman inspirasi dan
kemudahan bernapas.
- Ekspansi dada simetris.
- Tidak adanya penggunaan otot
bantu.
- Bunyi napas tambahan tidak ada.
- Napas pendek tidak ada.
|
1. Kaji frekuensi atau kedalaman
pernapasan dan gerakan dada
2. Auskultasi area paru, catat
area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal
krekels mengi.
3. Penghisapan sesuai dengan
indikasi
4. Berikan cairan sedikitnya 2.500
ml/hari, tawarkan air hangat.
5. Ajarakan metode batuk efektif dan
terkontrol
Kolaborasi
6. Pemeriksaan sputum pasien di
laboratorium
|
1. Takipnea, pernapasan dangkal,
dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan.
Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area
konsolidasi.
2. Krekels, rongkhi, dan mengi
terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan
cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi
3. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan
karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
4. Cairan (khususnya yang hangat)
memobilisasi dan mengeluarkan sekret
5. Batuk tidak terkontrol akan
melelahkan klien.
6. Sputum yang di periksa guna
untuk mengetahui adanya penyakit lain
|
Hypertermi
b.d infeksi saluran pernapasan.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
- Pasien akan termoregulasi, dibuktikan
dengan suhu kulit dalam rentang normal.
- Nadi dan pernapasan dalam
rentang yang diharapkan.
- Perubahan warna kulit tidak
ada.
|
Mandiri:
Pantau suhu minimal 2 jam
sekali.
Pantau:
·
tekanan darah, nadi, pernapasan.
·
aktifitas kejang,
·
warna kulit
Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan
evaluasi keefektifannya.
Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti,
gunakan matras dingin.
|
Untuk mengidentifikasi
kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.
Perubahan frekuensi jantung
atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain
untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Hal tersebut merupakan tanda
berkembangnya komplikasi.
Gunakan matras dingin
memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi
(penguapan).
|
Nyeri dada b.d trauma jaringan
|
Setelah dilakukan tindakkan
keperawatan selam 3x24 jam , diharapkan pasien dapat:
Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.
Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri.
Penurunan konsentrasi.
Terganggunya tidur.
Penurunan nafsu makan.
|
Mandiri :
Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/ lokasi/ intensitas nyeri.
Pantau :
- Suhu setiap 4 jam
- Hasil pemeriksaan SDP
- Hasil kultur sputum
Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman
Kolaborasi :
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi
nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya
Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.
Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
|
Nyeri
dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis
dan endokarditis.
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran
yg diharapkan.
Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.
Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan
rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik
narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif.
Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.
Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum
dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan.
Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan
|
BAB III
PENUTUP
Empiema
adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung pada
rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi purulen atau keruh. Pleura
dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat
pengembangan paru atau alveolus atau keduanya.
Pemberian
asuhan keperawatan empiema difokuskan pada upaya pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan fisik klien. Penentuan
diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan
secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan
keperawatan kepada klien penderita empiema secara umum bertujuan untuk
memperlancar pernapasannya. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan
keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis
lainnya yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:EGC
Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar