Rabu, 09 Oktober 2013

EMPIEMA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “EMPIEMA, tepat pada waktunya.
            Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah kardiovaskuler. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.
            Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.


Depok, Oktober 2013


                                                                                                           





BAB I
PENDAHULUAN
1.    LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan yang berpengaruh terhadap system respirasi yang menuntut asuhan keperawatan dapat dialami oleh orang pada berbagai tingkat usia. Bila salah satu organ tersebut mengalami ganguan maka akan mengganggu semua system tubuh. Empiema masih merupakan masalah dalam bidang penyakit paru karena secara signifikan masih menyebabkan kecacatan dan kematian walaupun sudah ditunjang dengan kemajuan terapi antibiotik dan drainase rongga pleura maupun dengan tindakan operasi dekortikasi. 
Penyakit tersebut dapat pula disebabkan oleh :
a.  Trauma pada dada (sekitar 1 – 5 % kasus mendorong ke arah empiema)
b.  Pecahnya abses dari paru-paru kedalam rongga pleura
          Untuk itu Penulis berharap makalah asuhan keperawatan pada pasien empiema ini dapat membantu mahasiswa atau masyarakat dalam menangani pasien empiema

2.    TUJUAN
Tujuan umum:
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang aritmia dan asuhan keperawatan aritmia
Tujuan khusus:
1.    Mengetahui pengertian dari empiema
2.    Menngetahui penyebab dari empiema
3.    Mengetahui tanda dan gejala dari empiema
4.    Mengetahui klasifikasi dari empiema
5.    Mempelajari asuhan keperawatan empiema

3.    RUMUSAN MASALAH
1)    Apa pengertian empiema?
2)    Apa saja penyebab empiema?
3)    Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien empiema?
4)    Bagaimana proses perjalanan empiema?
5)    Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien empiema?









BAB II
EMPIEMA
A.   PENGERTIAN
            Emphiema thoraksis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada kavitas pleural (Brunner and Suddart, 2000). Emphiema thorak juga dapat berarti adanya proses supuratif pada rongga pleura.
            Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga pleura.Pada awalnya,cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi sering kali menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental.Meskipun empiema sering kali disebabkan oleh komplikasi dari infeksi pulmonal, namun tidak jarang penyakit ini terjadi karena pengobatan yang terlambat.
            Empiema merupakan salah satu penyakit yang sudah lama ditemukan dan berat. Di India terdapat 5 – 10% kasus anak dengan empiema toraks. Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema paling banyak ditemukan pada anak usia 2 – 9 tahun. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen.

B.   ETIOLOGI
1.    Berasal dari Paru
-       Pneumonia
-       Abses Paru
-       Adanya Fistel pada paru
-       Bronchiektasis
-       TB
-       Infeksi fungidal paru
2.    Infeksi Diluar Paru
-       Trauma dari tumor
-       Pembedahan otak
-       Thorakocentesis
-       Subdfrenic abces
-       Abses hati karena amuba
3.    Bakteriologi
-       Staphilococcus Pyogenes.
Terjadi pada semua umur, sering pada anak
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.
-       Bakteri gram negatif
-       Bakteri anaerob
-       Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti radang paru-paru (pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus, tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat. Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman akan berbahaya atau tidak.

4.      PATOFISIOLOGI
         Infeksi paru dapat menyebabkan terjadinya empiema. Infeksi adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Sumber infeksi yang paling jarang termasuk sepsis abdomen, yang mana pertama sekali dapat membentuk abses subfrenik sebelum menyebar ke rongga pleura melalui aliran getah bening. Abses hati yang disebabkan Entamoeba histolytica mungkin juga terlibat dan infeksi pada faring, tulang thoraks atau dinding thoraks dapat menyebar ke pleura, baik secara langsung maupun melalui jaringan mediastinum.
         Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi ini dapat disebabkan oleh penekanan pada paru akibat penimbunan udara, cairan, darah atau nanah dalam rongga pleura. Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabelitas kapiler atau gangguan absorbsi getah bening. Eksudat dan transudat dibedakan dari kadar protein yang dikandungnya dan berat jenis. Transudat mempunyai berat jenis <1,015 dan kadar proteinnya kurang dari 3%; eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi, karena banyak mengandung sel. Penimbunan cairan dalam rongga pleura disebut efusi pleura.
         Infeksi oleh organisme-organisme patogen menyebabkan jaringan ikat pada membran pleura menjadi edema dan menghasilkan suatu eksudasi cairan yang mengandung protein yang mengisi rongga pleura yang dinamakan pus atau nanah. Jika efusi mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema.
Terjadinya empyema thoraks dapat melalui tiga jalan :
1.    Sebagai komplikasi penyakit pneumonia atau bronchopneumonia dan abscessus pulmonum, oleh karena kuman menjalar per continuitatum dan menembus pleuravisceralis2.
2.    Secara hematogen , kuman dari focus lain sampai di pleura visceralis.
3.    Infeksi dari luar dinding thorax yang menjalar ke dalam rongga pleura, misalnya pada trauma thoracis, abses dinding thorax.
Terjadinya empyema akibat invasi basil piogenik ke pleura, timbul peradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous dengan banyak sel-sel PMN (Polimerphonucleus) baik yang hidup ataupun mati dan meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.Apabila nanah menembus bronkus timbul fistel bronko pleura, atau menembus dinding thoraks dan keluar melalui kulit disebut empyema nasessitatis. Stadium ini masih disebut empyema akutyang lama-lama akan menjadi kronis (batas tak jelas) .Biasanya empyema merupakan suatu proses luas, yang terdiri atas serangkaian daerah berkotak-kotak yang melibatkan sebagian besar dari satu atau kedua rongga pleura. Dapat pula terjadi perubahan pleura parietal. Jika nanah yang tertimbun tersebut tidak disalurkan keluar,maka akan menembus dinding dada ke dalam parenkim paru-paru dan menimbulkan fistula.
          Piopneumothoraks dapat pula menembus ke dalam rongga perut. Kantung-kantung nanah yang terkotak-kotak akhirnya berkembang menjadi rongga-rongga abses berdinding tebal, atau dengan terjadinya pengorganisasian eksudat maka paru-paru dapat menjadi kolaps sertadikelilingi oleh sampul tebal yang tidak elastis .



5.    MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :
-       Demam
-       Keringat malam
-       Nyeri pleural
-       Dispnea
-       Anoreksia dan penurunan berat badan
-       Auskultasi dada, ditemukan penurunan suara napas
-       Perkusi dada, suara flatness
-       Palpasi , ditemukan penurunan fremitus
     Tanda gejala empiema berdasarkan klasifikasi empiema akut dan empiema kronis :
a.    Emphiema akut:
§  Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
§  Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
§  Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger .
§  Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.
§  Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali.
b.    Emphiema kronis:
§  Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.
§  Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
§  Pucat, clubbing finger.
§  Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.
§  Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.



6.    KOMPLIKASI
      Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui rontgen dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama
Fibrosis pleura
-        Kolaps paru akibat penekanan cairan pada paru-paru
-        Panyakit paru restriktif
-        Pergeseran organ-organ mediastinum
-        Piopneumotoraks

7.    KLASIFIKASI
a.    Emphiema akut:
-     Panas tinggi dan nyeri pleuritik.
-      Adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura.
-      Bila dibiarkan sampai beberapa minggu akan menimbulkan toksemia, anemia, dan clubbing finger .
-     Nanah yang tidak segera dikeluarkan akan menimbulkan fistel bronco-pleural.
-     Gejala adanya fistel ditandai dengan batuk produktif bercampur dengan darah dan nanah banyak sekali.
b.    Emphiema kronis:
-      Disebut kronis karena lebih dari 3 bulan.
-     Badan lemah, kesehatan semakin menurun.
-     Pucat, clubbing finger.
-     Dada datar karena adanya tanda-tanda cairan pleura.
-     Terjadi fibrothorak trakea dan jantung tertarik kearah yang sakit.
-     Pemeriksaan radiologi menunjukkan cairan.
8.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)    Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau lateral.
2)    Dijumpai gambaran yang homogen pada daerah posterolateral dengan gambaran opak yang konveks pada bagian anterior yang disebut denganD-shaped shadow yang mungkin disebabkan oleh obliterasi sudut kostofrenikus ipsilateral pada gambaran posteroanterior.
3)    Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang berlawanan dengan efusi. 
4)    Air-fluid level dapat dijumpai jika disertai dengan pneumotoraks, fistula bronkopleural.
5)    Pemeriksaan ultrasonografi (USG) :
Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu empiema yang terlokalisir.
Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.
6)    Pemeriksaan CT scan :
Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura.
Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scn.

9.    PENATALAKSAAN
1)    Pengambilan nanah
a.    Closed drainage-tube thoracostomy-water seal drainage (WSD)
Indikasi :
-        Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
-        Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
-        Terjadi piopneumotoraks
b.    Drainase terbuka (Open drainage)
Indikasi :
Dikerjakan pada empiema kronis akibat pengobatan yang terlambat atau tidak adekuat.
2)    Antibiotika
Antibiotika harus segera diberikan begitu diagnosa ditegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pemilihan antibiotika didasarkan pada hasil pengecatan Gram dari hapusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan sensitivitasnya. Metronidazole dapat ditambahkan untuk organisme gram negatif anaerob yang menghasilkanb-laktamase. Sefalosporin generasi kedua seperti cefoxitin sangat potensial terhadap gram negatif yang menghasilkan b-laktamase.
3)    Penutupan rongga empiema
a.    Dekortikasi
-     Drain tidak berjalan dengan baik karena banyak kantung-kantung
-     Letak empiema sukar dicapai dengan drain
-     Empiema totalis yang mengalami organisasi pada pleura visceralis.
b.    Torakoplasti
Jika empiema tidak mau sembuh karena adanya fistula bronkopleural.
4)    Pengobatan kausal
Misalnya abses subfrenik dengan drainase subdiafragmatika, terapi spesifik pada amubiasis, tuberkulosis, aktinomikosis dan sebagainya.
Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas.
5)    Pengobatan tambahan
Perbaiki keadaan umum, fisioterapi untuk membebaskan jalan nafas.




ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Pasien mengeluhkan sesak napas
Pasien mengeluh rasa berat di dada yang disertai dengan nyeri
Pasien juga mengeluh batuk
Pasien mengeluh demam
Pemeriksaan fisik  :
-    Penurunan fremitus
-    Saat di perkusi terdengar suara pekak
-    Auskultasi terdengar suara napas melemah / menghilang
Pemeriksaan laboratorium :
Leukositosis (+)
Pemeriksaan Diagnostik :
Foto thorax : perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya

            Data yang perlu dikaji :
-       Data Subjektif
o   Kemungkinan pasien mengeluh
o   Kemungkinan timbul keluhan pusing dan sakit kepala
o   Kemungkinan timbul keluhan lemah dan lelah
o   Kemungkinan pasien merasakan denyut jantung nya bertambah cepat
o   Kemungkinan timbul keluhan nyeri dada ringan – berat
o   Kemungkinan pasien mengeluhkan berkeringat
o   Kemungkinan pasien mengeluh cemas dan takut akan kematian
-       Data Objektif
o   Pada Pemeriksaan Fisik kemungkinan ditemukan :
§  Nadi :  > 100x / menit dan
§  RR : > 24 x / menit
§  Penurunan suara napas
o   Kemungkinan ditemukan kulit pucat dan sianosis
o   Kemungkinan ditemukan kesulitan untuk bersuara
o   Kemungkinan ditemukan kelisahang
o   Pemeriksaan rontgen thorax, kemungkinan ditemukan pembesaran jantung
2.    Diagnosa Keperawatan

DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
DS :
·      Pasien mengeluhkan napas pendek
·      Pasien mengeluhkan sesak napas
·      Pasien mengeluh rasa berat di dada yang disertai dengan nyeri
·      Pasien juga mengeluh batuk
DO :
·      Pemeriksaan fisik  :
-    Penurunan fremitus
-    Saat di perkusi terdengar suara pekak
-    Auskultasi terdengar suara napas melemah / menghilang
·      Perubahan gerakan dada.
·      Mengambil posisi tiga titik.
·      Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi.
·      Penurunan ventilasi semenit.
·      Penurunan kapasitas vital.
·      Napas dalam.
·      Peningkatan diameter anterior-posterior.
·      Napas cupping hidung.
·      Ortopnea.
·      Fase ekspirasi yang lama.
·      Pernapasan purset-lip.
·      Kecepatan respirasi.
·      Rasio waktu.
·      Penggunaan otot Bantu untuk bernapas
Ketidakefektifan pola napas
Sesak napas
DS :
·      Mengungkapakan secara verbal / melaporkan dengan isyarat.
DO :
·      Gerakan menghindari nyeri.
·      Posisi menghindari nyeri.
·      Perubahan autonomik dari tonus otot.
·      Perubahan nafsu makan dan makan.
·      Perilaku menjaga atau melindungi.
Gangguan rasa nyaman
Nyeri dada
DS :
·      Mual
DO :
·      Demam
·      Kulit memerah
·      Frekuensi napas meningkat
·      Takikardi
Hypertermi

                                         
Infeksi saluran napas

3.    Intervensi
Dx
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi
Rasional
Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea, ansietas, posisi tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
-     Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya : ventilasi dan status tanda vital
-     Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu,
-     Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas.
-     Ekspansi dada simetris.
-     Tidak adanya penggunaan otot bantu.
-     Bunyi napas tambahan tidak ada.
-     Napas pendek tidak ada.

1.    Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada
2.    Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, missal krekels mengi.
3.    Penghisapan sesuai dengan indikasi
4.    Berikan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari, tawarkan air hangat.
5.    Ajarakan metode batuk efektif dan terkontrol
Kolaborasi
6.    Pemeriksaan sputum pasien di laboratorium
1.    Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan.
Gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat terjadi juga pada area konsolidasi.
2.    Krekels, rongkhi, dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi
3.    Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
4.    Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret
5.    Batuk tidak terkontrol akan melelahkan klien.
6.    Sputum yang di periksa guna untuk mengetahui adanya penyakit lain
Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat:
-     Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal.
-     Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan.
-     Perubahan warna kulit tidak ada.

Mandiri:
Pantau suhu minimal 2 jam sekali.
Pantau:
·         tekanan darah, nadi, pernapasan.
·         aktifitas kejang,
·         warna kulit
Kolaborasi :
Berikan obat antipiretik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
  Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti, gunakan matras dingin.
Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.
Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
Hal tersebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.
Gunakan matras dingin memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).
Nyeri dada b.d trauma jaringan
Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selam 3x24 jam , diharapkan pasien dapat:
  Penurunan penampilan peran / hubungan interpersonal.
  Gangguan kerja, kepuasaan hidup / kemampuan untuk mengendalikan diri.
  Penurunan konsentrasi.
  Terganggunya tidur.
  Penurunan nafsu makan.

Mandiri :
  Karakteristik nyeri, misal tajam, constan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intensitas nyeri.
  Pantau :
-          Suhu setiap 4 jam
-          Hasil pemeriksaan SDP
-          Hasil kultur sputum
  Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman
Kolaborasi :
  Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya
  Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk.
  Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.
Nyeri dada, biasanya dada dalam beberapa derajat pada pneumonia seperti pericarditis dan endokarditis.
  Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

  Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi.
  Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif.
  Hal tersebut merupakan tanda berkembagnya komplikasi.
  Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan





BAB III
PENUTUP
            Empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi langsung pada rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi purulen atau keruh. Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan yang dapat menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya.
            Pemberian asuhan keperawatan empiema difokuskan pada upaya pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan keperawatan kepada klien penderita empiema secara umum bertujuan untuk memperlancar pernapasannya. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.





DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Somantri Irman.2009.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika








Tidak ada komentar:

Posting Komentar