KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas limpahan rahmat dan berkahnya
yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Hipotiroid”. Makalah ini
merupakan tugas dari mata kuliah Sistem
endokrin . Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini baik yang terlibat secara
langsung maupun yang tidak.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya makalah yang lebih baik
lagi.
Jakarta,
Maret 2013
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan
kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jarinan agar
optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagian besar sel di tubuh ,
membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.
Kelenjar tiroid tidak
esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan
terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental
dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan
menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.
Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid
dari hipofisis anterior. Sebaliknya , sekresi hormone ini sebagian diatur oleh
umpan balik inhibitorik langsung kadar hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus.
Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional
dalam menangani hal-hal yang terkait dengan hipotirod misalnya
saja dalam memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat
meminimalkan komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid.
1.2. Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari
hipotiroid?
2.
Bagaimana etilogi dari hipotiroid?
3.
Apakah manifestasi klinis darihipotiroid?
4.
Bagaimana patofisiologi padahipotiroid?
5.
Bagaimana penatalaksaan serta pencegahan pada hipotiroid?
6.
Bagaimana pengkajian pada klien dengan hipotiroid?
7.
Bagaimana diagnosa pada klien dengan hipotiroid?
8.
Bagaimana intervensi pada klien dengan hipotiroid?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan apa yang dimaksud
dengan Hipotiroid.
Tujuan Khusus
1) Mampu
menjelaskan definisi Hipotiroid.
2) Mampu
menjelaskan penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mampu
menjelaskan gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mampu
menjelaskan Asuhan keperawatan penyakit Hipotiroid.
1.4 Manfaat
Manfaat yang
ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1) Mendapatkan
pengetahuan tentang definisi Hipotiroid.
2) Mendapatkan
pemahaman tentang penyebab penyakit Hipotiroid.
3) Mendapatkan
pemahaman tentang gejala dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
4) Mendapatkan
pemahaman tentang Asuhan keperawatan pasien pada penyakit Hipotiroid.
BAB II
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram.
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan
oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang
2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang
di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel
ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar
tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri
tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri
karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari
arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih
besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan
kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik
berasal dari nervus vagus.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah
yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan
diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel
kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa
iodida, yang dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang
kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin
(DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan
membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra
iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH
namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil
kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk
PBI (protein binding Iodine).
Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:
a)
Mengatur
laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme
karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian
untuk otak, lien, paru-paru dan testis
b)
Kedua hormon
ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya
reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat
dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah
menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
c)
Memegang
peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
d)
Mempertahankan
sekresi GH dan gonadotropin
e)
Efek
kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung.
f)
Merangsang
pembentukan sel darah merah
g)
Mempengaruhi
kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan
oksigen akibat metabolisme.
h)
Bereaksi
sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
Pembentukan
dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap,
yaitu:
1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian
basal sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan
pompa Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy
dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa
ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi
perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2.
Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase.
Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan
residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul
tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh
kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel
maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium
di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan
lebih banyak daripada T4.
3.
Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT)
yang terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling)
sehingga akan membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen
tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui
iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam
tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke
dalam koloid melalui proses eksositosis granula.
4.
Penimbunan (storage
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan
T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5.
Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini
kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin
serta iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian
iodium.
6.
Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan
vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom
akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
7.
Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan
kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah
yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin
(TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam
keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP.
Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas.
Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada seorang
lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik
cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein
pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit
ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga
kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.
Efek Primer
Hormon Tiroid
Sel-sel sasaran
untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek primer hormon
tiroid adalah:
a)
Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan
meningkatkan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
b)
Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel
sasaran. Kedua fungsi
bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan
laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh
setiap sel.
c)
Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap
katekolamin sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
d)
meningkatkan responsivitas emosi.
e)
Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang
meningkatkan kecepatan kontraksi otot rangka.
f)
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon
pertumbuhan.
Pengaturan
Faal Tiroid
Ada 3 macam kontrol terhadap faal
kelenjar tiroid :
1.
TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)
Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di
hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
2.
TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)
TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel
tiroid (TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai
kenaikan trapping, peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga
hasilnya adalah produksi hormon meningkat.
3.
Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain
berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan
mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
Tubuh
memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan
kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar
hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon
tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak
TSH.
EVALUASI
KELENJAR TIROID
Pada pasien
yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan kelenjar
sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid yang
optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk
melakukan pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar,
konsistensi, penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta
melakukan palpasi pada KGB daerah servikal.
Serum T3,
T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga dapat
diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive TSH
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau
hipotiroid, Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui
konsentrasi dari tiroksin binding globulin di dalam serum.
Pengukuran
serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH merupakan cara terbaik
dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di barengi dengan
pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein. Sebagai contoh
pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang tinggi terdapat
peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya normal (T4 x
T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan kecurigaan
hipertiroidism.
TINJAUAN TEORITIS
HIPOTIROID
2.1 Definisi
Hipotiroid adalah suatu
kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada
banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan
ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena
hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses
sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang
meluas untuk tubuh.
2.2 Etiologi
Hipotiroid adalah suatu
kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi
mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada
wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur.
Dibawah adalah suatu
daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa
diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a) Hashimoto's thyroiditis
b) Lymphocytic thyroiditis
(yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c) Penghancuran tiroid
(dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d) Penyakit pituitari atau hipotalamus
e) Obat-obatan
f) Kekurangan yodium yang
berat
2.3 Jenis-jenis
Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita
hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu kepada
disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh
kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral
(hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh
hipofisis hipotiroid tersier.
a. Primer
1) Goiter : Tiroiditis
Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2) Non-goiter : destruksi
pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal,
agenesis, amiodaron
b. Sekunder :
kegagalan hipotalamus (↓
TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4
bebas)
2.4 Gejala-
gejala hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid
adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka tidak spesifik (yang berarti mereka
dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan adalah
seringkali dihubungkan pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan
mungkin tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya
menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan
ini berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
a) Kelelahan
b) Depresi
c) Kenaikkan berat badan
d) Ketidaktoleranan dingin
e) Ngantuk yang berlebihan
f) Rambut yang kering dan
kasar
g) Sembelit
h) Kulit kering
i) Kejang-kejang otot
j) Tingkat-tingkat
kolesterol yag meningkat
k) Konsentrasi menurun
l) Sakit-sakit dan
nyeri-nyeri yang samar-samar
m) Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi
lebih berat, mungkin ada bengkak-bengkak disekeliling mata, suatu denyut
jantung yang melambat, suatu penurunan temperatur tubuh, dan gagal jantung.
Dalam bentuknya yang amat besar, hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada
suatu koma yang mengancam nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai
hipotiroid yang berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh
penyakit-penyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan
opname (masuk rumah sakit) dan perawatan segera dengan hormon-hormon tiroid
yang diberikan melalui suntikan di diagnosis secara benar, hipotiroid dapat
dengan mudah dan sepenuhnya dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi
lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran
jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu
akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).
2.5 Patofisiologi
Hipotiroid dapat
disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon
jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut
:
1. Hipotalamus
membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior.
2. Hipofisis
anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone =
TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid
mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin =
T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan yang meliputi:
konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon
lain.
Hipotiroid dapat terjadi
akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila
disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan
disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik
negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid
terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh
rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan
balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
2.6 Gambaran
Klinis
a) Kelambanan, perlambatan
daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
b) Penurunan
frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan
curah jantung.
c) Pembengkakkan
dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
d) Penurunan
kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
penyerapan zat gizi dari saluran cema
e) Konstipasi
f) Perubahan-perubahan
dalam fungsi reproduksi
g) Kulit kering dan
bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
2.7 Pemeriksaan
Diagnostik
a) Untuk mendiagnosis
hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH
(Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b) Level TSH yang tinggi
menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat
(terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).
c) Tetapi untuk
mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur
level TSH.
d) Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan
(jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3
2.8 Penatalaksanaan
Medis dan Komplikasi
Koma miksedema adalah
situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan
stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon
tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme
diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan
sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan
T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar
tiroid hewan).
Pengobatan
pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena
dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya
terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan
selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid.
Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Ny. N dengan Hypothyroid
Kasus
Ny.
N 45 tahun dirawat dengan keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini,
suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah
seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak mngerti kenapa ini
terjadi? Keluhan lainnya suka merasa dingin walaupun udara dilingkungan sangat
panas. Ners Jimmy melakukan pemeriksaan fisik didapat TD : 90/60 mmHg , Nadi :
64 x/menit , Suhu : 37,3oC. Miksedema ; hasil rontgen thorax : efusi
pleura.
1.
PENGKAJIAN
1)
Data
Pasien :
Nama : Ny. N
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1968
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Hypothyroid
2)
Riwayat
penyakit :
Keluhan
Utama :
Klien datang ke
Rumah Sakit hari Senin, 11 Maret 2013 dengan keluhan keluhan tidak ada nafsu
makan sudah seminggu ini, suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap
kali menyisir, suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh.
Riwayat
Penyakit Sekarang :
Klien mengalami hypothyroid
Riwayat
Penyakit Dahulu :
Klien tidak
mempunyai riwayat penyakit terdahulu
Riwayat
Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien
tidak ada yang mempunyai penyakit hypothyroid
3) Pemeriksaan fisik
a. Pola Istirahat dan Tidur
Sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari
b. Sistem pencernaan
Lidah tampak menebal, nafsu
makan berkurang, anoreksia, peningkatan berat badan, konstipasi,
distensi abdomen.
c. Sistem kardiovaskuler
Perbesaran jantung, disritmia, hipotensi,
nadi lambat, penurunan frekuensi denyut jantung, penurunan
curah jantung
d. Sistem musculoskeletal
Parastesia dan reflek tendon menurun, gerak-gerik
klien sangat lamban, lemah, cepat lelah, sakit pada sendi dan otot, gerakan
yang canggung lamban
e. Sistem neurologic
Berbicara
lambat, kelopak mata turun, wajah bengkak, pusing, pucat, perlambatan daya
pikir, berbicara lambat
dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen,
bingung, hilang pendengaran.
f. Sistem reproduksi
Pada wanita : terjadi perubahan
menstruasi seperti amenore,atau masa menstruasi yang memanjang. Pria
: penurunan libido, impoten.
g. Sistem Integumen
Kulit kasar, tebal dan bersisik,
dingin dan pucat, tidak tahan terhadap dingin, Pembengkakkan dan edema kulit,
terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki, pertumbuhan kuku buruk, kuku
menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan pertumbuhannya buruk.
h. Emosi/psikologis
Klien sangat sulit membina hubungan
sasial dengan lingkungannya, mengurung diri, depresi, apatis, agitasi, depresi,
paranoid, menarik diri.
2.
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
1.
Klien mengeluh tidak ada nafsu
makan sudah seminggu ini
2.
Klien mengeluh suka sesak
3.
Klien mengeluh rambutnya rontok
sangat banyak setiap kali menyisir
4.
Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
5.
Klien mengatakan kuku juga mudah
rapuh
6.
Klien tidak mengerti kenapa ini
terjadi
7.
Klien mengeluh suka merasa dingin
walaupun udara dilingkungan sangat panas.
8.
Kemungkinan klien mengeluh malas beraktivitas
9.
Kemungkinan klien ingin tidur sepanjang hari
10.
Kemungkinan klien mengeluh konstipasi,
11.
Kemungkinan klien mengatakan
mengalami penurunan berat badan
12.
Kemungkinan klien mengeluh sakit pada
sendi dan otot
13.
Kemungkinan klien mengeluh pusing
14.
Kemungkinan klien mengatakan perubahan menstruasi, masa
menstruasi yang memanjang
15.
Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan terhadap
dingin,
|
1.
Tanda-tanda vital :
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC ,
RR
: 25 x/menit kedalaman nafas dangkal, suara tambahan wheezing
T3
:
T4
:
2.
Miksedema
3.
Hasil rontgen thorax : efusi
pleura.
4.
Kemungkinan klien terlihat malas
beraktivitas
5.
Kemungkinan lidah klien tampak
menebal
6.
Kemungkinan klien terlihat
penurunan reflek tendon
7.
Kemungkinan klien terlihat gerak-gerik sangat lamban,
8.
Kemungkinan klien terlihat lemah, cepat lelah,
9.
Kemungkinan klien terlihat gerakan yang canggung
lamban
10.
Kemungkinan klien terlihat berbicara lambat dan terbata-bata
11.
Kemungkinan klien terlihat kelopak mata turun dan wajah bengkak,
12.
Kemungkinan klien terlihat
mengalami perlambatan daya pikir
13.
Kemungkinan klien terlihat mengalami gangguan memori
14.
Kemungkinan klien terlihat perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung
15.
Kemungkinan kulit klien teraba kasar, tebal, bersisik, dingin dan pucat
16.
Kemungkinan klien terlihat adanya pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
17.
Kemungkinan klien terlihat pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
18.
Kemungkinan terlihat rambut klien kering,
kasar; dan pertumbuhannya buruk
|
3. ANALISA DATA
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
DS :
· Klien
mengeluh suka sesak
· Klien
mengatakan suaranya sudah seminggu ini parau
· Kemungkinan
klien mengatakan kesulitan saat bernapas
DO:
· Tanda-tanda
vital :
RR : 25 x/menit kedalaman nafas
dangkal, suara tambahan wheezing
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC
· Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi
pleura
· Klien
terlihat sesak napas
· Kemungkinan klien terlihat
menggunakan otot bantu pernapasan
· Kemungkinan
klien terlihat memegangi dada
· Kemungkinan
klien terlihat cemas dan gelisah
|
Pola napas tidak efektif
|
Depresi ventilasi
|
DS :
·
Klien mengeluh suka sesak
·
Klien mengatakan suaranya sudah seminggu
ini parau
·
Kemungkinan klien mengeluh pusing
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
T3 :
T4 :
· Pemeriksaan
Penunjang
Hasil
rontgen thorax : efusi pleura
· Klien
terlihat pucat
· Kemungkinan
klien terlihat lemah, cepat lelah,
· Kemungkinan klien mengalami
perbesaran jantung
· Kemungkinan
klien terlihat memegangi dada
|
Penurunan curah jantung
|
Degenerasi otot jantung (miokarditis)
|
DS :
· Klien
mengeluh tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini
· Klien
mengeluh suka sesak
· Klien
mengeluh rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir
· Klien
mengatakan kuku juga mudah rapuh
· Kemungkinan
klien mengeluh malas beraktivitas
· Kemungkinan
klien mengeluh pusing
DO
:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC
· Pemeriksaan
Penunjang
Hasil
rontgen thorax : efusi pleura
· Kemungkinan
klien terlihat malas beraktivitas
· Kemungkinan
lidah klien tampak
menebal
· Kemungkinan
klien terlihat lemah, cepat lelah,
· Kemungkinan
kulit klien
teraba kasar, tebal, bersisik,
dingin dan pucat
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
Peningkatan
metabolisme
|
DS :
· Klien
mengatakan tidak mengerti kenapa ini terjadi
· Kemungkinan
klien mengeluh pusing
· Kemungkinan
klien mengeluh tentang sakit dan gejala yang dialami
· Kemungkinan
klien mengatakan hal yang sama berulang
DO:
· Tanda-tanda
vital :
TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 64 x/menit
Suhu
: 37,3oC ,
· Miksedema
· Hasil
rontgen thorax : efusi pleura.
· Kemungkinan
klien terlihat mengalami perlambatan daya pikir
· Kemungkinan
klien terlihat mengalami gangguan
memori
· Kemungkinan
klien terlihat kurang perhatian, letargi
atau somnolen, bingung
|
Perubahan proses
berpikir
|
Perubahan
fisiologis : penurunan stimulasi SSP
|
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TANGGAL DITEMUKAN
|
TANGGAL TERATASI
|
1.
Pola napas tidak
efektif b.d depresi ventilasi
2. Penurunan
curah jantung b.d miokarditis, pembesaran jantung
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan metabolisme
4. Perubahan proses berpikir b.d perubahan fisiologis :
penurunan stimulasi SSP
|
11 – 03 – 2013
11 – 03 – 2013
11 – 03 – 2013
11 – 03 – 2013
|
14 – 03 – 2013
14 – 03 – 2013
14 – 03 – 2013
14 – 03 – 2013
|
5.
INTERVENSI
NO DX
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x
24 jam diharapkan masalah
keperawatan pola napas tidak efektif dapat teratasi dengan kriteria hasil :
·
Menunjukkan pola napas efetif
·
Frekuensi dan kedalaman dalam keadaan normal
·
Paru-paru jelas/bersih
·
Berpartisipasi dalam aktivitas
meningkatkan fungsi paru
|
Mandiri :
1. Kaji frekuensi, kedalaman
pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan
otot bantu / pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya meningkat.
Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas. Kedalam pernapasan bervariasi
tergantng derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan
atelektasis atau nyeri dada pleuritik.
2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
bunyi napas adventisius, seperti krekels, mengi, gesekan pleural.
Rasional : bunyi napas menurun ada bila jalan
napas obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas
kecil (atelektasis). Ronki dan mengi menyertai obstruksi jalan napas /
kegagalan pernapasan
3. Tinggikan kepala dan bantu
mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegara
mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan
pengisisan udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
4. Dorong / bantu pasien dalam napas
dalam dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/ banyaknya
sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya bernapas.
Kolaborasi
5. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan
meningkat/terbentuknya edema
6. Berikan humidifikasi tambahan
misalnya : nebuliser ultrasonik
Rasional : memberikan kelembaban pada membra
mukosa
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x
24 jam diharapkan masalah
keperawatan penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil :
·
Penurunan episode dispnea, angina
dan disritmia
·
Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan
beban kerja jantung
|
Mandiri
1. Pantau frekuensi / irama jantung
Rasional : takikardi atau disritmia dapat
terjadi saat jantung berupaya untuk menigkatkan curahnya berespons pada
demam, hipoksia dan asiodosis karena iskemia
2. Auskultasi bunyi jantung.
Perhatikan jarak tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
Rasional : memeberikan deteksi dini dan
terjadinya komplikasi misalnya gagal jantung, tamponade jantung
3. Dorong tirah baring dalam posisi
semi-fowler
Rasional : menurunkan beban kerja jantung,
memaksimalkan curah jantung
4. Berikan tindakan kenyamanan
misalnya gosokan punggung dan perubahan posisi dan kativitas hiburan dalm
toleransi jantung
Rasional : meningkatkan relaksasi dan
mengarahkan kembali perhatian
5. Dorong penggunaan teknik manajemen
stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan pernapsan.
Rasional : perilaku yang bermanfaat
mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung
6. Selidiki nadi cepat, hipotensi,
penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan tonus jantung, penurunan
tingkat kesadaran.
Rasional : manifestasi klinis dari tamponade
jantung yang dapat terjadi pada perikarditis bila akumulasi cairan dalam
kantung perikardia membatasi pengisian curah jantung
7. Evaluasi keluhan lelah, dispnea,
palpitasi, nyeri dada kontinu
Rasional : manifestasi klinis dari GJK yang
dapat menyertai endokarditis atau miokarditis
Kolaborasi :
8. Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan kesediaan oksigen
untuk fungsi miokard dan menurunakn efek metabolisme anaerob yang terjadi
sebagai akibat dari hipoksia dan asiodosis
9. Berikan obat-obatan sesuai
indikasi misalnya digitalis atau diuretik
Rasional : dapat diberikan untuk meningkatkan
kontraktilitas miokard dan menurunkan beban kerja jantung pada adanya miokarditis
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x
24 jam diharapkan
masalah keperawatan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
·
Menunjukkan berat badan stabil
atau meningkat
·
Peningkatan kekuatan otot
|
Mandiri
1. Auskultasi bising usus dan kaji
apakah ada nyeri perut, mual atau muntah
Rasional : kekuarangan kortisol dapat
menyebabkan gejala gastrointestinal berat yang mempengaruhi pencernaan dan
absorpsi dari makanan
2. Catat adanya kulit yang dingin
atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, peka rangsang,
nyeri kepala, sempoyongan
Rasional : gejala hipoglikemia dengan
timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan
mengidentifikasikan pemberian tambahan glukokortikoid
3. Pantau pemasukan maknaan dan
timbang berat badan setiap hari
Rasional : anoreksia, kelemahan dan
kehilangan pengaturan metabolisme oleh kortisol terhadap maknana dapat
megakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya malnutrisi
4. Catat muntah mengenai jumlah
kejadian atau karakteristik lainnya
Rasional : ini dapat membantu untuk
menentukan derajat kemampuan pencernaaan atau absorpsi makanan.
5. Berikan atau bantu perawatan mulut
Rasional : mulut yang bersih dapat
meningkatkan napsu makan
6. Berikan lingkungan yang nyaman untuk
makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak terlalu ramai, udara yang
tidak nyaman
Rasional : dapat meningkatkan napsu makan dan
memperbaiki pemasukan makanan.
7. Berikan informasi tentang menu
pilihan
Rasional : perencanaan menu yang disukai
pasien dapat menstimulasi napsu makan dan meningkatkan pemasukan makanan.
Kolaborasi
8. Berikan cairan IV
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan/nutrisi
sampai masukan oral dapat dimulai.
9. Awasi pemeriksaan laboratorium,
misalnya Hb/Ht dan elektrolit
Rasional : indikator kebutuha cairan /
nutrisi dan keefktifan terapi dan terjadinya komplikasi
10. Berikan obat sesuai indikasi
Antikolinergik : atropin, propantelin bromida
Vitamin larut dalam lemak : B12, Kalsium
Rasional : mengontorl dan meningkatkan
pencernaan dan absorpsi nutrien.
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x
24 jam diharapkan masalah
keperawatan perubahan proses berpikir mengenai kondisi dan pengobatan dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
·
Berpartisipasi dalam proses
belajar
·
Mengungkapkan pemahaman tentang
kondisi / prognosis dan aturan terapeutik
·
Memulai perubahan gaya hidup yang
diperlukan
|
1. Orienteasikan pasien terhadap
waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
Rasional :meningkatkan pola pikir dan daya
ingat klien tentang sesuatu
2. Berikan stimulasi lewat percakapan
dan aktivitas yang tidak bersifat mengancam
Rasional : memudahkan stimulasi dalam
batas-batas toleransi pasien terhadap stres
3. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan
proses penyakit
Rasional : meyakinkan pasien dan keluarga
tentang penyebab perubahan kognitif dan mental merupakan akibat dan proses
penyakit
Kolaborasi :
4. Konsultasikan dengan ahli
Psikologi tentang therapy yang cocok untuk masalah klien
Rasional : memperbaiki proses berpikir
|
6.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan Hasil
|
Paraf
|
1
|
1. Mengkaji frekuensi, kedalaman
pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan
otot bantu / pelebaran nasal.
2. Mengauskultasi bunyi napas dan
catat adanya bunyi napas adventisius, seperti krekels, mengi, gesekan
pleural.
3. Meninggikan kepala dan bantu
mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegara
mungkin
4. Mendorong atau membantu pasien dalam
napas dalam dan latihan batuk.
5. Memberikan oksigen sesuai indikasi
6. Memberikan humidifikasi tambahan
misalnya : nebuliser ultrasonik
|
||
2
|
1. Memantau frekuensi / irama jantung
2. Mengauskultasi bunyi jantung.
Perhatikan jarak tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4
3. Mendorong tirah baring dalam
posisi semi-fowler
4. Memberikan tindakan kenyamanan
misalnya gosokan punggung dan perubahan posisi dan kativitas hiburan dalm
toleransi jantung
5. Mendorong penggunaan teknik
manajemen stres misalnya bimbingan imajinasi, latihan pernapsan.
6. Menyelidiki nadi cepat, hipotensi,
penyempitan tekanan nadi, peningkatan CVP, perubahan tonus jantung, penurunan
tingkat kesadaran.
7. Mengevaluasi keluhan lelah,
dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinu
8. Memberikan oksigen sesuai indikasi
Berikan obat-obatan sesuai indikasi misalnya
digitalis atau diuretik
|
||
3
|
1. Mengauskultasi bising usus dan
kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah
2. Mencatat adanya kulit yang dingin
atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, peka rangsang,
nyeri kepala, sempoyongan
3. Memantau pemasukan maknaan dan
timbang berat badan setiap hari
4. Mencatat muntah mengenai jumlah
kejadian atau karakteristik lainnya
5. Memberikan atau membantu perawatan
mulut
6. Memberikan lingkungan yang nyaman
untuk makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak terlalu ramai, udara
yang tidak nyaman
7. Memberikan informasi tentang menu
pilihan
8. Memberikan cairan IV
9. Mengawasi pemeriksaan
laboratorium, misalnya Hb/Ht dan elektrolit
10. Memberikan obat sesuai indikasi
Antikolinergik : atropin, propantelin bromida
|
||
4
|
1. Orienteasikan pasien terhadap
waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
2. Berikan stimulasi lewat percakapan
dan aktivitas yang tidak bersifat mengancam
3. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan
proses penyakit
4. Konsultasikan dengan ahli
Psikologi tentang therapy yang cocok untuk masalah klien.
|
1. EVALUASI
Hari / Tanggal
|
No. DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
S : Klien mengatakan
sudah tidak sesak
O : Tanda-tanda vital dalam keadaan
normal
Klien
tidak terlihat memegangi dada
Klien
terlihat napas tanpa bantuan otot tambahan
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
||
2
|
S : Klien tidak mengeluh sesak
Klien
mengatakan tidak pusing
Klien
mengatakan tidak cepat lelah
O : Klien terlihat tidak sesak
Klien
terlihat mukosa dan membran lembab
Klien
terlihat tidak pucat dan tonus otot baik
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
||
3
|
S : Klien mengatakan sudah napsu
makan kembali
O : Klien terlihat menghabiskan porsi
makan
Klien
terlihat tobus otot membaik
Klien
terlihat rambut rontok berkurang
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
||
4
|
S
: Klien
memahami tentang kondisi penyakit klien, proses pengobatan
O : Klien terlihat tidak apatis
Klien
terlihat tidak letargi
Klien
dan keluarga mampu menersukan program dari pendidikan kesehatan yang di
ajarkan di rumah
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
|
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipotiroid adalah suatu
kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang abnormal
rendahnya.Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berkaitan
padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung
melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan.
Hormon-hormon tiroid di
produsikan oleh kelenjar tiroid.Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah
leher,Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara(Trakea)dan mempunyai suatu
bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang di bentuk oleh dua sayap dan di lekatkan
oleh suatu bagian tengah.
Kelenjar tiroid
mengambil yodium dari darah ( yang kebanyakan datang dari makanan-makanan
seperti seafood,roti,dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi
hormon-hormon tiroid.Dua hormon yang paling penting adalah thyroxine(T4 ) dan
triiodothyronine(T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing gormon-hormon
tiroid.
SARAN
1. Sering seringlah mengkonsumsi garam yang mengandung yodium dengan cukup
2. Jaga pola diet tiap hari dengan mengkonsumsi makanan banyak serat dan
banyak protein serta rendah kolesterol
3. Segera periksakan jika merasa memiliki tanda atau gejala hipotiroid.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin J. Elisabet.2004.patofisiologi untuk
perawat.EGC,Jakarta.
NANDA. 2012-2014. EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar